IPMA

IPMA organisasi yang besar dengan cakupan anggota yang luas meliputi santri dan alumni Pondok Pesantren Al- Muayyad Mangkuyudan Surakarta. Sejarah berdiri dan berkembangnya IPMA tidak terlepas dari sekolah formal (MTs, SLTP, MDA, MA, SMA, MDW) yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Al Muayyad Surakarta. Sistem pendidikan klasikal di mulai pada tahun 1939. dengan madrasah yang pertama adalah madrasah diniyah, metode yang dipakai adalah pengajian Al Qur’an dan kitab-kitab kuning. Setelah adanya madrasah untuk pengajian kitab diselenggarakan didalamnya, sehingga mau tidak mau mereka harus mengikuti madrasah diniyyah. Saat itu yang ikut kebanyakan adalah warga kampung sebab santrinya masih sedikit. Pengajian langsung diampu oleh beliau Bapak KH. Ahmad ‘Umar Abdul Mannan (Allahu yarham). Al- fatihah.

Setelah tertata sedemikian rupa dan dipandang cocok untuk sarana pengembangan ajaran ahlusunah wal jama’ah dengan tidak meninggalkan kurikulum salafnya, maka MTs didirikan pada tahun 1970 dengan nama Manba’ul Ulum (diganti Al Muayyad) sebab ada persamaan dengan sekolah lain. Sesuai dengan kondisi dan perkembangan madrasah, mulailah terpikir untuk mendirikan organisasi santri Al Muayyad. Diantara tokoh perintisnya adalah :

1. Bapak HM. Masykur Sulaiman (Al Marhum). Al Fatehah

2. Bapak Dr. Asyhadi (Dosen Senior FKIP MIPA UNS)

3. Bapak Drs. Hadi Muhtarom (Kepala Pengadilan Agama Trenggalek, Jawa Timur)

Setelah mendapat restu dari Bapak Kyai Ahmad ‘Umar, maka didirikanlah IPMA Madrasah Diniyyah pada tahun 1972, kemudian IPMA MTs pada tahun 1973. Latar belakang didirikan organasasi tersebut adalah : karena santri yang sekolah di Madrasah Diniyyah rata-rata mahasiswa, yang tentu sering terjadi hal-hal yang seharusnya tidak terjadi, maka didirikanlah wadah yang dapat mengikat persatuan antar santri yang kita kenal dengan nama IPMA. Disamping hal tersebut ada satu hal yang lebih penting yaitu : untuk membantu guru/pengurus pondok, dimana santri harus “dioyak-oyak” agar segera masuk ke kelas. Tetai itu IPMA jaman dahulu. Untuk jaman sekarang tentunya berbeda perkembangannya. Maka dari perlunya dikembangkan kesadaran pribadi dalam kesehariannya maupun ketika berorganisasi.

Melihat perkembangan yang demikian pesat pada MTs, maka ada tahun 1974 didirikanlah MA Al Muayyad. Sehingga berdirinya IPMA pun mengikuti sekolah formalnya. Karena pada saat itu sudah ada tiga sekolah formal, maka pada tahun 1975 beberapa kalangan mengusulkan untuk mendirikan IPMA Pusat sebagai wadah yang lebih besar dan usul itupun mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Berdirinya IPMA Pusat ini bersamaan dengan berdirinya IPMA MA. Hal ini memang tampak aneh. Namun mengingat kondisi saat itu sehingga semua yang terjadi dianggap lumrah dan dapat dimaklumi. Perlu diperhatikan bahwasanya perjalanan IPMA Pusat tidak sebijak sekarang ini. Sebab kondisi riil di lapangan IPMA Pusat pernah berantakan dan bubar sampai tiga kali. Hal ini terjadi karena lembaga induknya (MA Al Muayyad) juga mengalami vakum selama tiga kali. Melihat kondisi yang demikian, maka muncullah para tokoh revolusi organisasi Al Muayyad kemudian membenahi IPMA Pusat tersebut. Revolusi ini dilaksanakan oleh tiga pendekar organisasi yaitu :

1. M. Hasan Ruri

2. Hasanudin Al- Hadi

3. Badarudin Zahid

Tahun 1990/1991 berdasarkan keputusan Yayasan Pendidikan Al Muayyad ditetapkan sebagai berikut: “bahwa setiap santri SMP atau MTs harus mengikuti pendidikan madrasah di Madrasah Diniyyah Awwaliyah, sedangkan siswa MA mengikuti pendidikan madrasah di Madrasah Diniyyah Wustho”. Dengan demikian maka IPMA Madrasah Diniyyah pun ada dua yaitu : IPMA MDA ketua pertamanya adalah Imam Talmitsani dan IPMA MDW ketua pertamanya adalah Afnanuddin (Pekalongan). Dan sekolah formal SMU sekaligus IPMA-nya lahir pada tahun 1992 dengan ketua IPMA yang pertama adalah Abdul Jalil (Solo).